#Juventus – 14 latest games with stats and analysis


Review ini dibuat memang karena kekalahan Juventus semalam yang menghentikan 49 pertandingan tidak terkalahkan Juventus. Gw cuma merekap 14 pertandingan terakhir, mulai dari formasi, komposisi pemain, pencetak gol, pemain pengganti dll. Lumayan juga dapat fakta-fakta menarik. Btw, seluruh data gw ambil dari whoscored.com.

Ini rekap data yang dibagi menjadi dua screenshot. Bagian atas hanya menjelaskan klub yang dilawan, sementara di kiri menunjukan formasi, skor, pencetak gol, pemain yang dimainkan pada gamer tersebut. Monggo dilihat screencshotnya.

Nah, dari data data tersebut gw coba merekap aja, hal-hal yang menarik yang berhubungan dengan Juventus tercinta ini. Langsung aja dicek:

  • 14 pertandingan, baik Seri A dan juga champions, Juventus selalu pakai formasi 3-5-2 dengan andalan Asamoah-Marchisio-Pirlo-Vidal-Litchsteiner (6 pertandingan), Asamoah-XXX-Pirlo-Vidal-Litchsteiner (2 pertandingan), dan XXX-Marchisio-Pirlo-Vidal-XXX (3 pertandingan). Sudah pasti dengan total 11 pertandingan ini pihak lawan dapat membaca dengan mudah model permainan Juventus. Asamoah yang awalnya terlihat “super” setelah 3-4 pertandingan sudah dapat dengan mudah “dibaca” oleh tim lawan. Menurut gw, ini adalah kekuatan Juventus yang akhirnya bisa jadi kelemahan.
  • Asamoah-Marchisio-Pirlo-Vidal-Litchsteiner menjadi formasi favorit Juventus dalam 6 pertandingan dengan hasil sebagai berikut.
    1. Parma. Menang 2-0.
    2. Udinese. Menang 4-1. Perlu diingat dalam pertandingan ini GK Udinese diberikan kartu merah di menit 12. Dan seluruh gol terjadi setelah 11 lawan 10.
    3. Chelsea. Seri 2-2. Vidal bisa mengejar ketinggalan menjadi 1-2 pada babak pertama. Tetapi yang menjadikan hasil seri adalah pemain pengganti Quagliarella dan itu pun setelah Litch diganti.
    4. Shaktar. Seri 1-1. Pemain tengah tidak dapat berbicara banyak. Gol Bonnuci pun hasil set piece Corner Pirlo.
    5. Napoli. Menang 2-0. Dua gol terjadi setelah Vidal dan Asamoah diganti.
    6. Int*r. Kalah 3-1. Gol Juventus di awal pertandingan pun kontroversial karena Asamoah berdiri pada posisi offside sebelum mengopernya ke Vidal.

Melihat hasil 6 pertandingan ini, sebenarnya kemenang murni yang diperoleh dengan formasi pemain tengah seperti ini hanya pada game pertama melawan Parma saja. Sisanya tidak ada yang terlalu bagus. Agak mengherankan bahwa formasi ini dipertahankan terus, terutama pada game-game besar termasuk di game terakhir ketika Juventus kalah.

  • Asamoah-XXX-Pirlo-Vidal-Litchsteiner dalam 2 pertandingan.
    1. Fiorentina. Seri 0-0.
    2. Catania. Menang 1-0. Kemenangan juga kontroversial karena seharusnya Juventus kebobolan terlebih dahulu. Walaupun kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi kalau Juventus kebobolan pertama.

Hasilnya juga kurang memuaskan.

  • XXX-Marchisio-Pirlo-Vidal-XXX dalam 3 pertandingan.
    1. Roma. Menang 4-1. Juventus menang mutlak dalam pertandingan ini, terutama di 20 menit pertama.
    2. Siena. Menang 2-1.
    3. Nord. Seri 1-1. Memang dalam pertandingan ini GK Nords sangat baik sekali, tetapi kesempatan yang dimiliki Juventus sangat banyak.

Dengan tidak terlalu mengandalkan serangan sayap, Juventus berfokus kepada trio MVP untuk mensuplai bola ke depan. Kelihatannya formasi seperti ini memunculkan lebih banyak kreatifitas dalam menyerang dibandingkan dengan fokus kepada Asamoah dan Litch di sayap. Sebenarnya formasi ini yang kerap dipakai oleh Conte di musim lalu dengan merotasi pemain-pemain yang mendukung MVP.

  • Juventus masih seperti Juventus tahun sebelumnya. Jumlah gol di babak ke dua yaitu sebanyak 19 gol lebih banyak dari pada jumlah gol di babak pertama yaitu 8 gol. Bahkan 12 gol dari 19 gol di babak ke dua terjadi setelah pergantian pemain yang dilakukan. Artinya starting lineup hanya bisa berkontribusi 15 gol, sementara perubahan pemain bisa berkontribusi 12 gol. Bila melihat jumlah seperti ini, sepertinya memang Juventus harus mulai memikirkan bagaimana cara meningkatkan produktivitasnya di babak pertama.
  • Juventus baru mengalami kekalahan ketika melawan tim yang menggunakan formasi tiga penyerang. Terutama dengan menempatkan sayap yang lebih cenderung menyerang, tiga pemain bertahan Juventus kelihatannya kewalahan. Sebelumnya belum ada klub yang menggunakan tiga penyerang dari awal pertandingan ketika berhadapan dengan Juventus.
  • Juventus pernah menggunakan tiga penyerang sekaligus. Ketika melawan Siena, Nords, Bologna, dan Inter. Tiga diantaranya berhasil membuat gol tambahan dengan hasil menang lawan Siena, seri lawan Nords, dan menang lawan Bologna. Sementara lawan Inter mengalami kekalahan. Sebagai catatan, ketika lawan Int*r memang formasi tiga penyerang baru pada menit 78, artinya hanya memiliki sisa dua belas menit dalam pertandingan dan dalam posisi tertinggal 1-2. Formasi tiga penyerang yang digunakan Juve sebenarnya patut dicoba, mengingat pada musim lalu kehadiran Pepe memang sering  diposisikan lebih sebagai penyerang.
  • Produktivitas berdasarkan posisi pemain.
    1. Bertahan : 1 gol
    2. Tengah : 15 gol (Pirlo 3 gol, Vidal 5 gol, Litch 1 gol, Marchisio 1 gol, Asamoah 1 gol, Pogba 2 gol, Giach 1 gol, Caceres 1 gol).
    3. Penyerang : 11 gol (Giovinco 3 gol (9 kali starter, 3 sub)), Vucinic 3 gol (9 kali starter, 4 sub), Quagliarella 4 gol (4 kali starter, 5 sub), Matri 1 gol (4 kali starter, 3 sub)). Tidak ada yang melebihi jumlah gol yang dimiliki Vidal. Produktivitas striker tertinggi ada di Quagliarella.

Seperti yang sudah-sudah, Juventus sangat amat membutuhkan penyerang yang berkualitas. Atau setidaknya memberikan kesempatan kepada Quagliarella lebih banyak, atau Bendtner sebagai alternatif.

Kalau dari gw mudah-mudahan Juve bisa merotasi pemain tengahnya supaya bisa lebih kreatif dan tidak terlalu mengandalkan sayap. Formasi 3-5-2 pun bisa dirubah menjadi 3-4-3 atau 4-3-3 supaya daya gedornya semakin tinggi. Sementara berharap banget Quagliarella sama Bendtner bisa dimainin lebih sering.

#FORZAJUVE

@jon_da

2 thoughts on “#Juventus – 14 latest games with stats and analysis

  1. zebra says:

    saya lebih suka kalo juve menggunakan formasi 4 bek,terutama melihat kualitas pemain sayap yg cenderung kuat bertahan. formasi 4-3-1-2 menjadi formasi yang ideal walau saat ini minus pemain yg bisa beroperasi dibelakang striker. formasi ini pernah sukses di juve era 90an dan di adopsi milan lewat ancelotti di awal 2000an..

Leave a reply to zebra Cancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.